Halo rekan-rekan.
Kali ini saya akan review trip ke Keraton Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat. Salah satu tempat wisata budaya dan sejarah yang menggambarkan proses peleburan budaya India, Tiongkok, Arab, Eropa, Banten, Sunda, Jawa di bagian-bagian bangunan dan benda-benda peninggalan / pemberian kepada sultan pada masanya.
Perjalanan menuju Keraton ditempuh sekitar 4 jam dari Jakarta berkat tol terintegrasi dari Jakarta – Cikampek – Cipali dengan total biaya sekitar 160 ribu rupiah. Kebetulan kami kemarin berangkat agak siang sekitar jam 10 dan terkena macet di Cikarang – Bekasi karena pembangunan LRT dan pembuatan jalan tol layang. Beritanya ada di sini.
Menurut sejarah, Keraton ini dibangun oleh Pangeran Cakrabuwana putra mahkota Pajajaran pada tahun 1430 (udah lama banget ya, hehe..), kemudian diserahkan kepada putrinya Ratu Ayu Pakungwati sehingga keratonnya sampai sekarang disebut Dalem Agung Pakungwati. Ratu Pakungwati kemudian menikah dengan sepupunya Syech Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati yang kemudian dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan di Cirebon.
Nah kembali ke tempat wisatanya, untuk masuk menggunakan tiket yang dikenakan harga IDR 15.000,- per orang dewasa, anak-anak tidak dihitung sepertinya. Oh ya, untuk ditemani guide resmi, carilah bapak-bapak yang menggunakan baju adat dengan fee kira-kira IDR 50.000,- atau lebih tergantung keikhlasan yang memberi. Untuk guide-guide lokal lainnya juga ada tapi saya rekomen menggunakan guide resmi.
Nah dari gerbang masuk, kita akan bertemu dengan area kompleks bernama Siti Hinggil (Siti = Tanah, Hinggil = Tinggi) yang dikelilingi tembok bata merah dihiasi oleh beberapa keramik Tiongkok diantara tumpukan bata. Di kompleks ini ditemukan beberapa bangunan tanpa dinding beratap sirap antara lain Mande Pandawa Lima, Mande Malang Semirang, Mande Semar Tinandu, Mande Karesmen dan Mande Pengiring. Masing-masing bangunan mempunyai makna dan peruntukkan.

Masuk lagi ke dalam, setelah melewati pintu Pengada di sebelah kanan terlihat Langgar Agung, tempat untuk menunaikan ibadah shalat.
Di seberang Langgar Agung sedang dibangun museum pusaka Keraton Kasepuhan, belum tahu kapan selesai pembangunan dan mulai beroperasi

Melewati pintu gledegan (disebut gledegan karena dahulu ada dua prajurit bertombak yang memeriksa setiap orang yang masuk dengan suara menggelegar seperti petir/ gledeg), kita melihat Bundaran Dewan Daru di tengah kompleks, musium benda kuno di sebelah kanan, dan musium kereta di sebelah kiri. Setelah puas berfoto-foto di bundaran, kita melangkahkan kaki ke arah kanan dahulu untuk melihat musium benda kuno.


Nah di sudut menuju pintu keluar, terdapat sebuah kursi, sebuah tangga kecil dan kurungan sangkar bambu. Upacara adat Tedak Sinten (menginjak tanah) dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat ini. Anak berumur 7 bulan akan dipapah turun dari kursi ke tanah lalu disuruh memilih barang-barang yang ada di dalam sangkar. Bila mengambil padi konon akan menjadi petani, bila memilih uang bakal menjadi pedagang, bila memilih pensil menjadi pegawai, bila memilih buku akan menjadi ahli ilmu, bila memilih kitab suci akan menjadi ahli agama, bila memilih pisau akan menjadi tentara. Wew.. banyak pilihannya hehe.. Upacara ini dimaksudkan untuk melatih kemandirian anak.
Selesai dari musium, melangkahlah kita ke bagian belakang dari Bundaran, yaitu ruangan tempat sultan bertemu tamu, tetapi sekarang pintunya ditutup sehingga kita hanya bisa berfoto di depannya saja
Melangkah lagi ke arah timur, ada musium kereta, berhubung sedang tahap renovasi kita memutar ke arah belakang hanya untuk berfoto dengan kereta Barong yang legendaris itu..

Masuk lagi ke arah timur terdapat beberapa obyek seperti Sumur Agung, Sumur Upas, Sumur Tujuh, Paseban, Petilasan P.Cakrabuana, Petilasan Sunan Gunung Jati, dll

Di Petilasan P.Cakrabuana / Petilasan Sunan Gunung Jati terdapat papan larangan wanita dilarang masuk. Konon dari jaman dulu tempat ini digunakan untuk bersemedi para pemimpin kerajaan Cirebon. Adapun larangannya menurut pemandu guide adalah karena wanita kadang sedang datang bulan (menstruasi red.)